Minyak sawit mencapai level tertinggi dalam dua bulan saat minyak mentah bertahan di atas US$82 per barel, menyebabkan daya tarik sawit meningkat sebagai cadangan untuk biodiesel, sementara Indonesia dan Malaysia sepakat menghadapi masalah lingkungan.
Kontrak untuk pengiriman Mei naik sebesar 1,46% menjadi 2.709 ringgit per ton pada Pasar Bursa Malaysia, merupakan harga tertinggi untuk bulan paling aktif semenjak 6 Januari, sebelum terjual seharga 2.697 ringgit pada jam 4:27 sore waktu Kuala Lumpur.
Minyak mentah untuk pengiriman April bertambah 0,7% menjadi US$82,03 per barel di tengah spekulasi yang menaikkan permintaan dunia dan pembatasan pasokan OPEC akan menghambat pertumbuhan saham. Kontrak tersebut dijual seharga US$82,41 per barel pagi tadi.
“Minyak mentah menanjak tajam dalam dua hari terakhir mendorong harga minyak sawit," kata Merlissa Paramitha Trisno, analist PT Mandiri Sekuritas.
“Kerja sama Indonesia dan Malaysia untuk manantang kampanye negatif terhadap minyak sawit juga menambah dorongan ke pasar.”
Indonesia dan Malaysia pada 5 Maret setuju untuk sama-sama mengatasi masalah lingkungan dan masalah pekerja yang mengancam perkembangan industri seperti dituturkan Menteri Pertanian Indonesia Suswono.
Unilever mengumumkan pada 11 Desember telah menunda pembelian CPO dari Sinar Mas Group, produsen minyak sawit terbesar di Indonesia, sampai perusahaan tersebut dapat membuktikan perkebunannya tidak melakukan deforesasi. “Masyarakat berharap perjanjian tersebut pasti akan membantu mengurangi kampanye negatif,” kata seorang analist.
No comments:
Post a Comment